Pengaruh Reinforcement Terhadap Motivasi Berguru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Smpn 1 Boyolangu (Pai-47)

loading...

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Guru sebagai pendidik dalam lembaga pendidikan formal di sekolah, secara eksklusif atau tegas mendapatkan kepercayaaan dari masyarakat untuk memangku jabatan dan tanggungjawaban pendidikan.[1] Lebih lanjut, kiprah dan tanggungjawaban guru dalam pendidikan formal di sekolah sebagaimana dikutip E. Mulyasa dalam Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru dijelaskan bahwa :
Guru ialah komponen paling menentukan dalam sistem pendidikan secara keseluruhan, yang harus menerima perhatian sentral, pertama, dan utama. Figur yang satu ini akan senantiasa menjadi sorotan stategis saat berbicara duduk kasus pendidikan, alasannya yaitu guru selalu terkait terkait dengan komponen manapun dalam sistem pendidikan. Guru memegang kiprah utama dalam pembangunan pendidikan, khususnya yang diselenggarakan secara formal di sekolah. Guru sangat menentukan keberhasilan penerima didik, terutama dalam kaitannya dengan proses berguru mengajar. Guru ialah komponen yang paling besar lengan berkuasa terhadap terciptanya proses dan hasil pendidikan yang berkarakter. Oleh alasannya yaitu itu, upaya perbaikan apapun yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan tidak akan mempersembahkan kontribusi yang signifikan tanpa didukung oleh guru yang profesional dan berkarakter. melaluiataubersamaini kata lain, perbaikan kualitas pendidikan harus berpertama dari guru dan berujung pada guru.[2]

Jadi guru memiliki  peran yang sangat penting dalam upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya dibidang pendidikan alasannya yaitu "guru ialah titik sentral dari peningkatan kualitas pendidikan yang bertumpu pada kualitas proses berguru mengajar".[3]

Proses berguru mengajar akan senantiasa ialah proses interaksi antara dua unsur manusiawi, yakni siswa sebagai pihak yang berguru dan guru sebagai pihak yang mengajar, dengan siswa sebagai subyek pokoknya.[4] Tetapi semoga memperoleh hasil yang optimal, proses berguru mengajar harus dilakukan dengan sadar dan sengaja serta terorganisasi secara baik.[5]
Dalam kaitannya dengan proses berguru mengajar tersebut lebih lanjut, berdasarkan Moh. Uzer Usman sebagaimana dikutip dalam Proses Belajar Mengajar di Sekolah menguraikan bahwa:
Proses berguru mengajar yaitu suatu proses yang mengandung serangkaian perbuatan guru dan siswa atas dasar kekerabatan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu.[6]


Dalam proses berguru mengajar terjadi kekerabatan timbal balik, bertujuan,  dan terorganisasi dalam artian disengaja. Berkaitan hal tersebut, ada istilah interaksi. Karena "interaksi selalu terkait dengan istilah komunikasi atau hubungan".[7] Dan khusus interaksi yang disengaja, ada istilah interaksi edukatif. Interaksi edukatif yaitu interaksi yang berlangsung dalam ikatan untuk tujuan pendidikan dan pengajaran".[8] yaitu mengantarkan anak didik ke arah kedewasaannya.[9] Apa yang dinamakan interaksi edukatif secara khusus yaitu interaksi berguru mengajar.[10]
Tujuan simpulan yang ingin dicapai bila dilihat dari aspek mengajar, William Burton menyatakan bahwa "Teaching is the guidance of learning activities, teaching is for purpose of aiding the pupil learn".[11] Maksudnya "mengajar yaitu membimbing siswa sehingga ia mau belajar".[12]
Bertolak dari membimbing tersebut, maka dengan interaksi, sanggup diuraikan bertujuan bahwa :
…agar siswa sanggup membuatkan potensi dan kreatifitasnya melalui kegiatan belajar. Diharapkan potensi siswa bertahap bermetamorfosis komponen pikiran sehat yang bermoral, manusia-manusia aktif dan kreatif yang diberiman.[13]

Interaksi antara pengajar dan masyarakat berguru intinya ialah proses motivasi.[14] Secara rinci, maksudnya yaitu sebagai diberikut :
Bagaimana dalam proses interaksi itu pihak pengajar bisa mempersembahkan dan membuatkan motivasi serta reinforcement kepada pihak masyarakat berguru / siswa / subyek didik, semoga sanggup melaksanakan kegiatan berguru secara optimal.[15]

Proses interaksi yang mengandung motivasi, tidak berseberangan dengan sosok guru yang ideal bagi siswa dalam membuat pembelajaran yang sangat bahagia. M. Ali Hasan dan Mukti Ali dalam Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam menerangkan bahwa :
Secara konseptual guru yang diperlukan yaitu sosok guru yang ideal yang diterima oleh setiap pihak yang terkait. Dari sudut pandng siswa, guru ideal yaitu guru yang memliki panampilan sedemikian rupa sebagai sumber motivasi berguru yang sangat bahagia.[16]

Kondisi tersebut ialah kondisi berguru yang kondusif, alasannya yaitu "pengajaran yang aman yaitu kondisi berguru mengajar yang sangat senang bagi anak didik. Kegairahan berguru anak didik terkuak sebagai implementasi dari luapan motivasinya".[17] Hasil berguru menjadi optimal, kalau ada motivasi. Motivation is an essential condition of learning.[18] Siswa yang memiliki motivasi kuat, akan melaksanakan banyak energi untuk melaksanakan kegiatan belajar.[19] Ada tidaknya motivasi anak didik terlihat dari ciri-ciri sebagai diberikut :
(1) Bersungguh-sungguh, mengatakan minat, memiliki perhatian dan rasa ingin tahu yang kuat untuk serta dalam kegiatan belajar; (2) berusaha keras dan mempersembahkan waktu yang cukup untuk melaksanakan kegiatan tersebut; (3) terus bekerja hingga tugas-tugas tersebut terselesaikan.[20]

Dalam proses berguru mengajar di kelas, tidak setiap siswa memiliki motivasi yang sama pada suatu bahan.[21] Misalnya dalam mennghadapi materi mata pelajaran. Namun perlu dipahami bahwa tidakboleh hingga berasumsi negatif terhadap siswa yang nilainya buruk. Seharusnya guru perlu menjadikannya sebagai materi pertimbangan dan koreksi terhadap motivasi berguru siswa. Adapun maksudnya sebagai diberikut :
Nilai jelek dalam suatu materi mata pelajaran tertentu belum tentu berarti anak didik kolot terhadap mata pelajaran itu. Seringkali terjadi seorang anak malas terhadap suatu pelajaran, tetapi sangat ulet terhadap suatu mata pelajaran yang lain.[22]

 Berkaitan hal di atas, terlebih kedudukan Pendidikan Agama Islam (PAI) yang tidak dimasukkan dalam UAN. Maka secara rinci sanggup diuraikan  bahwa:
Secara jujur diakui bahwa PAI masih belum menerima daerah dan waktu yang proporsional, terutama di sekolah umum. Lebih dari itu alasannya yaitu tidak termasuk kelompok  mata pelajaran yang di - UAN - kan, keberadaannya seringkali kurang menerima perhatian.[23]

Kondisi tersebut perlu dijadikan materi pemikiran dan pertimbangan guru PAI untuk membuatkan perbaikan yang berkesinambungan sehingga sanggup meningkatkan kualitas pembelajaran. Salah satu yang bisa dilakukan yaitu "memilih bentuk motivasi yang sempurna guna membangkitkan gairah berguru anak didik".[24] Penggunaan reinforcement (penguatan) yaitu salah satu cara membangkitkan motivasi berguru anak didik sehingga anak didik merasa senang, tertarik, dan sanggup mempengaruhi acara jiwanya dalam kegiatan belajar.
Motivasi secara sederhana yaitu hasil dari reinforcement (penguatan).[25] Namun kebanyakan guru susah untuk mengelola motivasi berguru anak didik (siswa). Padahal "kajian yang dilakukan Madsen mengilustrasikan pentingnya perhatian guru sebagai satu penguat bagi sebagian besar siswa".[26] Dan dalam hal ini, "penekanan hendaknya didiberikan pada sikap akademis. Kapanpun memungkinkan".[27] Sistem penguatan yang didiberikan sanggup memmenolong memecahkan duduk kasus ini dengan membiarkan tiruana siswa mendapatkan ’penghargaan’.[28]
Melalui penghargaan tersebut, pada gilirannya sanggup memotivasi anak didik untuk mempertahankan prestasinya. Hal senada sebagaimana dikutip dari Marno dan M. Idris dalam Strategi dan Metode Pengajaran: Menciptakan Ketranpilan   Mengajar yang Efektif dan Kreatif  yang sanggup diuraikan sebagai diberikut:
Siswa yang berpestasi akan mempertahankan prestasinya, mabadunga guru mempersembahkan penghargaan atas prestasi tersebut. Bahkan dengan penghargaan yang didiberikan guru timbul motivasi yang kuat untuk meningkatkan prestasi yang pernah diraih. Hal ini berlaku pula sebaliknya, yang berprestasi tanpa penghargaan sanggup mengurangi motivasi.[29]

Penghargaan (reinforcement) sangat positif dan siginifikan dalam membangkitkan motivasi berguru khususnya dalam proses berguru mengajar. Hal tersebut sebagaimana ditunjukkan dalam banyak sekali kajian, yaitu:
Menurut O'Leany dan Drabman (1971), acara yang didiberikan mereduksi sikap mengganggu, meningkatkan berguru dan mengakibatkan sikap akademis yang begitu andal pada banyak sekali kelas. contohnya acara yang didiberikan dipakai pada siswa sekolah dasar untuk meningkatkan tingkat perhatian (Ferrior, Buckholdt, Hamblin, dan Smith, 1972); untuk memmenolong siswa mengikuti peraturan kelas (Harris dan Sherman, 1973); dan untuk menetapakan perhatian kepada kiprah (Burshell, Wrobel, dan Michaelis, 1968). Kemajuan juga terjadi pada siswa sekolah dasar untuk meningkatkan kepandaian dalam aritmatika, mengeja, membaca, dan kajian sosial (Hawkins, Sluyter dan Smith, 1972); Kirby, Holborn dan Bushby, 1981); untuk memperkuat kepandaian menulis (Brigham, Grabard, dan Stans, 1972); dan bahkan untuk bahkan untuk mendorong kreatifitas dalam menulis kisah pendek (Mahoney dan Hopkins, 1973). Di kelas lanjutan, acara yang didiberiberhasil dipakai untuk memmenolong siswa menuntaskan kiprah (Ricard, Melvin, Creel dan Creel, 1973); untuk mengurangi tingkat kegaduhan (Wilson dan Hupkins, 1973); dan untuk mengurangi sikap mengganggu (Main dan Manro, 1977).[30]

Hal senada wacana penguatan (reinforcement) diperkuat dengan pendapat Al-Ghazali dalam kitabnya Tahdzib al-Akhlak wa Mu'amalat Amradh al-Qulub yang mengemukakan bahwa:
Setiap kali seorang anak mengatakan sikap mulia atau perbuatan yang baik, seyogyanya ia memperoleh kebanggaan dan jikalau perlu didiberi hadiah atau insentif dengan sesuatu yang menggembirakannya, atau ditujukan kebanggaan kepadanya di depan orang-orang sekitarnya.[31]

Hasil kajian ataupun pendapat diatas memang secara teori bagus, “namun meskipun berarti anggun (dan mungkin administrasi bagus) untuk mempersembahkan perhatian kepada sikap positif, ini sepertinya susah (dilakukan) di banyak kelas".[32] Adapun banyak sekali kajian dijelaskan bahwa:
Thomas dan rekan-rekannya menemukan bahwa tingkat rata-rata celaan verbal guru hampir tiga kali lipat rata-rata "pujian verbal" (Thomas, Presland, Grant dan Glyan, 1978). Pada setiap tingkat White (1975) mencatatt lebih banyak "celan" daripada diantara guru yang ia kaji.[33]

Dari fenomena tersebut diatas, sanggup diperoleh petunjuk bahwa sering terjadi hambatan di lapangan dalam pengelolaan motivasi berguru siswa, termasuk melalui reinforcement (das sein). Sebaliknya dari hasil kajian atau penelitian diperoleh, penerapan reinforcement (penguatan) dipandang valid, sesuai, sempurna dan efektif, yakni penerapan reinforcement (penguatan) yang lebih bersifat solusi (das solen).
Memperhatikan adanya kesentidakboleh antara kedua fenomena tersebut maka peneliti berminat untuk mengangkatnya ke dalam sebuah topik penelitian, yakni: "Bagaimana Pengaruh Reinforcement terhadap Motivasi Belajar Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMPN 1Boyolangu?".
Masalah tersebut dipandang aktual, mengingat sering diungkap dan dijumpai dalam buku, artikel, media cetak lainnya maupun dalam lembaga pertemuan ilmiah sehingga menarikdanunik untuk implementasinya dalam proses pembelajaran. Masalah ini masih urgen, alasannya yaitu hasil penelitian sanggup segera menjadi masukan pertimbangan mudah bagi guru dalam mengelola motivasi berguru siswa. Masalah ini juga di pandang unik, mengingat berdasarkan sepengetahuan peneliti duduk kasus atau topik tersebut belum diangkat oleh peneliti lain khususnya pada angkatan kami.





skripsi pendidikan agama islam, skripsi pendidikan agama islam kualitatif pdf, skripsi pendidikan agama islam kualitatif terbaru, skripsi pendidikan agama islam kuantitatif, skripsi pendidikan agama islam doc, skripsi pendidikan agama islam kuantitatif pdf, skripsi pendidikan agama islam download, skripsi pendidikan agama islam wacana akhlak, skripsi pendidikan agama islam pdf, skripsi pendidikan agama islam jurusan tarbiyah, skripsi pendidikan agama islam kualitatif, skripsi efek pendidikan agama islam terhadap budpekerti siswa, aneh skripsi pendidikan agama islam, pola aneh skripsi pendidikan agama islam, proposal skripsi efek pendidikan agama islam terhadap budpekerti siswa, skripsi pendidikan agama islam pada anak usia dini, artikel skripsi pendidikan agama islam, angket skripsi pendidikan agama islam, analisis skripsi pendidikan agama islam, pola skripsi efek pendidikan agama islam terhadap budpekerti siswa, skripsi pendidikan agama islam serpihan 1, judul skripsi pendidikan agama islam beserta rumusan masalah, materi skripsi pendidikan agama islam, latar belakang skripsi pendidikan agama islam, serpihan i skripsi pendidikan agama islam, pola latar belakang skripsi pendidikan agama islam, pola serpihan 1 skripsi pendidikan agama islam, skripsi motivasi berguru pendidikan agama islam, skripsi peranan pendidikan agama islam dalam membina etika berpakaian siswi, skripsi efek pendidikan agama islam terhadap motivasi sholat berjamaah, pola skripsi pendidikan agama islam di sd, pola proposal skripsi pendidikan agama islam jurusan tarbiyah, judul skripsi pendidikan agama islam.com, pola skripsi pendidikan agama islam jurusan tarbiyah, pola skripsi pendidikan agama islam, pola skripsi pendidikan agama islam pdf, pola skripsi pendidikan agama islam kualitatif, pola skripsi pendidikan agama islam kuantitatif, pola skripsi pendidikan agama islam jurusan tarbiyah pdf, pola skripsi pendidikan agama islam lengkap, skripsi pendidikan agama islam dalam keluarga, skripsi pendidikan agama islam di tk, skripsi pendidikan agama islam document, skripsi pendidikan agama islam di smp, pola proposal skripsi pendidikan agama islam doc, skripsi pendidikan agama islam kuantitatif doc, skripsi pendidikan agama islam kualitatif doc, skripsi penilaian pendidikan agama islam, skripsi eksperimen pendidikan agama islam, skripsi efektifitas pembelajaran pendidikan agama islam, skripsi efektivitas pembelajaran pendidikan agama islam, judul skripsi fakultas pendidikan agama islam, pola judul skripsi fakultas pendidikan agama islam, judul skripsi fakultas tarbiyah jurusan pendidikan agama islam, file skripsi pendidikan agama islam, skripsi fakultas tarbiyah jurusan pendidikan agama islam, download skripsi pendidikan agama islam tarbiyah gratis, judul skripsi pendidikan agama islam, judul skripsi pendidikan agama islam kualitatif terbaru, judul skripsi pendidikan agama islam kualitatif, judul skripsi pendidikan agama islam terbaru, judul skripsi pendidikan agama islam jurusan tarbiyah, skripsi jurusan pendidikan agama islam, judul skripsi pendidikan agama islam 2016, kumpulan skripsi pendidikan agama islam pdf, judul skripsi pendidikan agama islam kuantitatif, skripsi pendidikan agama islam lengkap, judul skripsi pendidikan agama islam library research, judul skripsi pendidikan agama islam literatur

0 Komentar untuk "Pengaruh Reinforcement Terhadap Motivasi Berguru Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (Pai) Di Smpn 1 Boyolangu (Pai-47)"

Back To Top